Penjelasan
devosi ini ada dalam pertanyaan 82 dalam bagian kedua dari bagian kedua buku Summa Theologica-nya. Ada empat artikel
yang ia ajukan untuk dijawab. Namun, sebelumnya, Aquinas meminta kita untuk
menimbang-nimbang tindakan-tindakan agama. Pertama,
tindakan batin merupakan tindakan prinsipnya. Kedua, tindakan luar merupakan sekunder. Tindakan batin agama
nampaknya merupakan devosi dan doa. Oleh karena itu, untuk menjelaskan tentang
devosi, Aquinas mengajukan empat pertanyaan untuk dijawab, yaitu
(1) Apakah
devosi itu merupakan sebuah tindakan khusus?
(2) Apakah
devosi merupakan sebuah tindakan agama?
(3) Apakah
kontemplasi atau meditasi merupakan penyebab devosi?
(4) Apakah
kegembiraan merupakan dampak dari devosi?
Menjawab
pertanyaan pertama, Aquinas mengatakan bahwa devosi tiada yang lain selain
kehendak untuk memberikan diri sendiri kepada sesuatu yang berkenaan dengan
pengabdian kepada Allah. Dengan mengutip dari Kitab Keluaran, yaitu segenap
jemaah Israel … membawa persembahan khusus kepada TUHAN dengan pikiran yang
siap dan hati yang devotif, St. Thomas Aquinas yakin bahwa kehendak untuk
melakukan apa yang berkenaan dengan pengabdian kepada Allah merupakan sebuah
tindakan yang khusus. Karenanya, devosi merupakan sebuah tindakan kehendak yang khusus.[1]
Menjawab
pertanyaan kedua, St. Thomas Aquinas mengatakan bahwa devosi berakar pada
keutamaan yang sama, yaitu menghendaki untuk melakukan sesuatu dan memiliki
kehendak yang siap untuk melakukannya karena keduanya memiliki objek yang sama.
Dia mengutip tulisan Aristoteles dalam Ethic:
“Disebut keadilan di mana manusia baik menghendaki dan melakukan
tindakan-tindakan yang adil. “ Karenanya menjadi jelas bahwa untuk melakukan
apa yang sesuai untuk beribadat atau mengabdi Allah adalah milik agama.
Sementara itu memiliki kehendak yang siap untuk melakukan sesuatu merupakan
tindakan devotif. Demikianlah terbukti bahwa devosi merupakan sebuah tindakan keagamaan.[2]
Menjawab
pertanyaan ketiga, St. Thomas Aquinas mengatakan bahwa penyebab ekstrinsik
devosi adalah Allah. Namun, penyebab intrinsik haruslah memerlukan meditasi
atau kontemplasi karena sudah dikatakan bahwa devosi merupakan sebuah tindakan
kehendak yang berdampak pada penyerahan diri manusia kepada pengabdian kepada Allah.
Lanjutnya, setiap tindakan dari kehendak dihasilkan dari
pertimbangan-pertimbangan karena objek dari kehendak adalah sebuah pemahaman
yang baik. Dengan mengutip tulisan Agustinus bahwa kehendak muncul dari
intelegensia, meditasi haruslah menjadi
penyebab devosi sejauh melalui meditasi orang memahami pemikiran penyerahan
dirinya sendiri bagi pengabdian kepada Allah.[3]
Menjawab
pertanyaan keempat, St. Thomas Aquinas mengatakan bahwa dampak langsung dan prinsipiil dari devosi adalah kegembiraan rohani
pikiran. Walaupun kepedihan
merupakan dampak sekunder dan tidak langsungnya. Karena telah dinyatakan
bahwa devosi disebabkan oleh dua pertimbangan, yaitu pertama, oleh pertimbangan akan kebaikan Allah karena pertimbangan
ini berasal dari istilah gerakan kehendak dalam menyerahkan dirinya kepada
Allah dan hasil langsung dari pertimbangan ini adalah kegembiraan. Kedua, oleh
pertimbangan dari kegagalan seseorang sendiri karena pertimbangan ini
menganggap istilah darinya manusia ditarik oleh gerakan dari kehendak devotifnya,
di dalamnya dia menyerahkan dirinya kepada Allah. Pertimbangan ini memiliki
kecenderungan yang berlawanan pada yang pertama karena kodratnya yang
menyebabkan duka secara langsung dan kegembiraan tiba-tiba, sebutlah, melalui
harpaan bantuan ilahi. Demikianlah nampak bahwa yang pertama dan dampak
langsung devosi adalah kegembiraan, sementara yang kedua dan dampak
aksidentalnya adalah duka menurut Allah (2 Kor 7:10).[4]
Dengan
demikian jelas bahwa bagi St. Thomas Aquinas, devosi merupakan tindakan kehendak
yang khusus dan termasuk dalam tindakan keagamaan. Lanjut St. Thomas Aquinas,
agar manusia mampu menyerahkan diri
secara penuh ke dalam pengabdian kepada Allah, ia memerlukan meditasi atau
kontemplasi sebagai, dikatakan St. Thomas Aquinas, penyebab intrinsik. Dari devosi tersebut, manusia mengalami
dampak langsung dan tidak langsung, yaitu kegembiraan rohani dan duka.
[1] St. Thomas Aquinas, Summa Theologica, Volume Two, Pt. II-II,
Q. 82, Art. 1, London: Burns & Oates, 1947, hlm. 1535.
[2] Aquinas, Summa Theologica, Pt. II-II, Q. 82, Art. 2, hlm. 1535.
[3] Aquinas, Summa Theologica, Pt. II-II, Q. 82, Art. 3, hlm. 1536.
[4] Aquinas, Summa Theologica, Pt. II-II, Q. 82, Art. 4, hlm. 1537.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar