Kamis, 13 November 2008

INJIL THOMAS: INJIL YANG ‘KALAH’

Oleh Vico SJ

“Whoever finds the interpretation of these sayings will not experience death.”
(The first saying of the Gospel of Thomas)


Pengantar
Apa yang sering tidak diperhatikan orang tentang kehadiran Injil-injil yang sekarang ada dalam Kitab Suci Perjanjian Baru adalah asal-usul Injil-injil ini, bagaimana mereka sampai kepada kita dalam bentuknya yang sekarang, siapa yang menentukan Injil-injil ini dimasukkan dalam daftar kanon, apa yang mendasari, dan kapan itu terjadi. Kitab-kitab tersebut muncul tidak selengkap seperti saat ini pada masa sesudah kematian Yesus. Banyak sekali usaha yang dilakukan oleh orang-orang Kristiani pada masa-masa sesudah kematian Yesus untuk menentukan kitab suci mana yang menjadi pegangan iman mereka. Perdebatan pengkanonisasian kitab-kitab itu berlangsung lama, keras, dan bahkan kadang-kadang kasar. Banyak penulis dari tulisan-tulisan yang beredar di kalangan umat Kristiani mengaku diri sebagai rasul Yesus yang asli. St. Lukas Penginjil secara implisit telah mengakui adanya kehadiran tulisan-tulisan ini yang juga hendak mengisahkan hidup Yesus entah tulisan yang menekankan hanya pada sabda-sabda Yesus, kesengsaraan Yesus, masa kecil Yesus, dan kehidupan Yesus yang lain. Karena alasan itulah ia memutuskan untuk melakukan penyelidikan seksama dari asal mulanya dan mulai membukukan apa yang ia ketahui sebagai yang benar dan mengirimkannya secara teratur kepada Teofilus.
Salah satu kelompok Kekristenan awal telah berhasil keluar sebagai pemenang dalam perdebatan yang panas mengenai apa yang harus dipercayai dan bagaimana menghidupi nilai-nilai iman saat itu, sedangkan yang lain disebut sebagai ‘yang kalah’. Kelompok pemenang dengan kepercayaan yang mengakui bahwa hanya ada satu Allah; Dia yang menciptakan dunia; Yesus Anaknya adalah sungguh manusia dan Allah; kematianNya membawa keselamatan bagi dunia yang juga merupakan pemenuhan janji dalam Perjanjian lama yang diinspirasikan hanya oleh satu Allah yang benar, disebut sebagai ‘ortodok’. Sedangkan kelompok yang kalah disebut sebagai ‘heresi’. Kelompok inilah yang kemudian ditekan, dilupakan, atau dihancurkan. Mereka selalu disebut-sebut oleh lawan mereka yang mengutip beberapa keyakinan mereka sebagai yang salah. Namun, terlalu sederhana apabila mengatakan teologi alternatif ini sebagai sesuatu yang menyimpang karena mereka tidak masuk ke dalam daftar kanon Perjanjian Baru karena Perjanjian Baru sendiri merupakan kumpulan buku yang muncul dari konflik, dan yang dipertahankan oleh beberepa kelompok pemenang dan yang mengklaim buku-buku tersebut sebagai Kitab Suci kaum Kristiani.
Oleh karena itu, dalam makalah ini saya hendak membahas salah satu tulisan yang ‘kalah’ tersebut, yaitu Injil Thomas. Selain sebagai tugas kelompok yang telah saya presentasikan beberapa waktu yang lalu, Injil ini memang dikenal sebagai yang terlengkap dari tiga belas kumpulan manuskrip yang ditemukan di desa Nag Hammadi, Mesir pada tahun 1945. Hal lain yang menarik juga adalah adanya suatu kelompok yang menamakan diri The Jesus Seminar yang mengklaim bahwa Injil Thomas ini mengandung sabda-sabda asli dari Yesus sendiri. Oleh karena itu, tulisan-tulisan pendek dalam Injil Thomas diyakini dekat dengan sumber oralnya sehingga besar kemungkinannya lebih asli dari ketiga Injil Sinoptik. Pada kesempatan ini, saya akan membagi makalah ini dalam beberapa subjudul , yaitu asal-usul Injil Thomas dan ciri khasnya, kaitannya dengan Perjanjian Baru, kajian sastra, dimensi teologis dan sosial, gambaran tentang Yesus, dan kesimpulan.

Asal usul Injil Thomas dan Ciri Khasnya
Injil ini ditemukan secara tidak sengaja oleh beberapa petani di dekat desa Nag Hammadi, Mesir pada tahun 1945 yang waktu itu berada di antara tiga belas manuskrip yang terikat kulit di dalam sebuah tempayan. Manuskrip-manuskrip ini terdiri dari lima puluh dua traktat yang dikenal secara langsung sebagai tulisan-tulisan heretis dari kaum Kristiani Gnostik. Tulisannya ditulis dalam terjemahan koptik dari teks Yunani yang sudah hilang. Manuskrip ini diperkirakan ditulis sebelum tahun 200. Dengan demikian, versi teks Yunani ini digunakan di Mesir sekitar abad ke-2. Dari lima puluh dua traktat hanya injil inilah yang lebih menarik perhatian karena terdiri dari koleksi sabda-sabda Yesus yang ditulis oleh Didimus Yudas Thomas yang menurut legenda Kekristenan awal adalah saudara kembar Yesus. Ada dugaan kuat pula bahwa injil ini berasal dari Siria Timur karena nama Yudas Thomas ditemukan dalam karya yang berasal dan beredar di Siria.
Injil ini terdiri dari 114 koleksi “sabda rahasia” Yesus. Tidak ada bahan tulisan lain seperti mujijat, kisah sengsara, kisah yang lain. Apa yang menjadi perhatian utama penulis injil ini adalah bukan kematian dan kebangkitan Yesus, melainkan kemisteriusan sabda yang ia sampaikan. Hal ini nampak pada permulaan ayat injil ini bahwa barangsiapa mempelajari tafsiran atas sabda-sabda ini akan memiliki kehidupan abadi (sabda 1). Hampir setiap sabda selalu diawali dengan Yesus berkata,” … atau pertanyaan-pertanyaan para murid atau orang lain kepada Yesus. Sabda-sabda ini hadir dalam berbagai macam bentuk sastra, seperti sabda-sabda kebjikasanaan, parabel, sabda-sabda eskatologis, dan peraturan-peraturan bagi komunitas. Macam-macam sabda ini tidak berada dalam suatu komposisi yang terencana dan teratur sehingga tidak bisa mengungkapkan gambaran keseluruhan komposisi. Sejumlah kelompok sabda disusun bersama berdasarkan kesamaan bentuk atau kesamaan asosiasi kata.
Dalam prolog Injil Thomas secara eksplisit terungkap Yesus sebagai pembicara dari sabda-sabdaNya dan Didimus Yudas Thomas sebagai orang yang merekam sabda-sabda Yesus dalam tulisan. Didimus dalam bahasa Yunani berarti kembar dan Thomas dalam bahasa Aram juga berarti kembar, maka penulis sesungguhnya seharusnya dialamatkan pada Yudas, bukan Thomas. Namun, karena di akhir injil ini tanda penerbit menyebutkan teks sebagai Injil Thomas,Thomaslah yang akhirnya menjadi biasa disebut sebagai penulis dari teks ini. Dalam Gereja Siria, (Yudas) Thomas dikenal sebagai saudara kembar Yesus yang mendirikan Gereja di Timur, khususnya di Edessa. Banyak perdebatan soal nama Thomas ini. Namun, para ahli sepakat bahwa penulis Injil Thomas adalah Yudas Thomas yang dikarang di Siria.

Kaitan Injil Thomas dengan Perjanjian Baru
Sejumlah besar sabda-sabda dalam Injil Thomas memiliki kesamaan dengan injil-injil dalam Perjanjian Baru, yaitu dalam Injil-injil Sinoptik dan Injil Yohanes. Beberapa sabda juga dikenal ada dalam injil-injil nonkanonik, khususnya Injil menurut Orang-orang Ibrani (Sabda 2) dan Injil menurut Orang-orang Mesir (sabda 22). Kita bisa melihat contoh sabda dalam Injil Thomas di bawah ini yang paralel dengan injil-injil sinoptik:

Yesus berkata,”Sebuah kota yang dibangun di atas gunung dan benteng pertahanannya tidak akan runtuh atau pun dapat disembunyikan.” (Sabda 32)
“Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.” (Mat 5:14b)

Yesus berkata,” ….Karena tak seorang pun menyalakan sebuah lampu dan meletakkannya di bawah sebuah gantang atau pun meletakkannya di tempat yang tersembunyi, tetapi lebih baik menempatkannya pada sebuah kaki dian sehigga setiap orang yang dapat masuk dan pergi akan melihat cahayanya (Sabda 33.2) “
"Lagi pula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.” (Mat 5:15)

Yesus berkata, “Barangsiapa menghujat Bapa akan diampuni dan barangsiapa menghujat anak akan diampuni, tetapi barangsiapa menghujat roh kudus tidak akan diampuni baik di bumi maupun di surga" (Sabda 44)
“Setiap orang yang mengatakan sesuatu melawan Anak Manusia, ia akan diampuni; tetapi barangsiapa menghujat Roh Kudus, ia tidak akan diampuni.” (Luk 12:10)

Yesus berkata,”Perlihatkanlah kepadaKu batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan. Batu itu adalah batu penjuru.” (Sabda 66)
“Tidak pernahkah kamu membaca nas ini: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru.” (Mrk 12: 10)

[Yesus berkata],”Jangan beri apa yang kudus kepada anjing-anjing, jangan sampai mereka melemparnya pada tumpukan kotoran binatang. Jangan melempar mutiara pada babi kalau-kalau mereka …nya […]” (Sabda 93)
“Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu.” (Mat 7:6)

Namun, ada persoalan dalam hubungan dengan injil-injil kanon dalam Perjanjian Baru. Injil-injil kanon dalam Perjanjian Baru mengandung sebagian besar kisah naratif yang tidak terdapat dalam Injil Thomas. Dan hal ini mengindikasikan bahwa Injil Thomas bukanlah kumpulan kutipan yang dikutip dari injil-injil Perjanjian Baru. Dan apabila ada yang mengatakan bahwa bentuk dan susunan kata dari sabda-sabda individual dalam Injil Thomas sebanding dengan apa yang tertera dalam Perjanjian Baru, Injil Thomas selalu lebih menampakkan bentuk aslinya dari sabda tradisional. Bentuk yang lebih asli dan lebih pendek dapat ditemukan dalam sabda-sabda perumpamaan dalam Injil Thomas ini. misalnya Sabda 8, 9 , 57, 63, 64, 65, 96, dan 109.

Yesus berkata,”Kerajaan Bapa itu seperti seorang perempuan. Ia mengambil sedikit ragi, (yang tersembunyi) di dalam adonan dan membuatnya ke dalam roti-roti yang besar. Biarlah dia yang mempunyai telinga mendengar.” (Sabda 96)

Jika dikaitkan dengan aliran literalnya, nampak bahwa Injil Thomas lebih mirip dengan sumber injil-injil Kanonik yang disebut “Q”. namun, Injil Thomas juga mengandung sabda-sabda tua yang cukup berbeda, yang paralel dengan Injil Yohanes, Mark 4:21-25 dan bahkan dalam 1 Korintus 2:9, seperti misal:

Yesus berkata,”Aku akan memberimu apa yang tak satu pun mata pernah melihat dan tak satu pun telinga pernah mendengar dan tak satu pun tangan pernah menyentuh dan apa yang tak pernah dialami pikiran manusia.”
(Sabda 17)

Tetapi seperti ada tertulis: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia:semua disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.”
(1 Kor 2:9)

Lebih lanjut, sabda-sabda tentang kedatangan Anak Manusia yang sangat khas bagi “Q” hilang dalam Injil Thomas. Hal ini membuktikan bahwa Injil Thomas adalah kumpulan sabda yang secara erat terkait dengan injil-injil kanonik namun sekaligus mandiri. Bukti lain adalah bahwa “Q” lebih menekankan harapan eskatologis masa depan akan datangnya Kerajaan Allah, sementara Injil Thomas dalam bentuknya yang tertua, menekankan penemuan kebijaksanaan atau “Kerajaan Bapa” dalam pengetahuan diri, yang dituntun oleh sabda-sabda Yesus.

Kajian Sastra
Sebagai koleksi kreia (chreia collection), injil ini terdiri dari kelompok-kelompok sabda yang diatur dalam tatanan yang tak dapat dilihat atau tidak tertata. Prinsip utama yang nampaknya mengatur kelompok-kelompok sabda ini adalah asosiasi kata yang tertangkap (catchword association). Walaupun beberapa sabda telah dikelompokkan ke dalam bentuk yang mirip, seperti misal sabda bijaksana ke dalam sabda 31-35, perumpamaan ke dalam kelompok sabda 96-98, atau ke sebuah tema-tema tertentu, seperti dalam sabda 49-50, urutan komposisi menurut model antik dari elaborasi retoris tidak nampak
Dalam prolog injil ini, kata “the living Jesus” (Yesus yang hidup) mengidentifikasikan Yesus sebagai seorang guru yang kebijaksanaanNya disertai dengan otoritas ilahi. Oleh karena itu sabda Yesus dipahami sebagai suara Sabda Ilahi yang telah memanifestasikan diriNya. Sedangkan teks “the secret saying which the living Jesus spoke” (sabda rahasia yang dikatakan Yesus yang hidup) mengindikasikan bahwa makna sabda-sabda ini membawa pada suatu kebijaksanaan rahasia. Di sini ada semacam hubungan langsung antara produksi teks-teks ini dan keahlian yang dibutuhkan untuk menafsirkan sabda-sabda ini dengan benar. Dengan kata lain, Injil Thomas ini adalah buku esoterik yang ditandai dengan insight dan dipelajari dengan penelitian, menyingkapkan jati diri, identitas dan tujuan seseorang.

Yesus berkata,”Jika mereka berkata kepadamu,’Dari manakah asalmu?’, katakanlah kepada mereka,’Kami datang dari terang, tempat di mana terang itu datang ke dalam ciptaan menurut kesukaannya dan memperlihatkan [dirinya sendiri] dan terwujud melalui gambaran mereka’. Jika mereka berkata kepadamu,’Engkaukah itu?’, katakanlah,’Kami adalah anak-anaknya, dan kami adalah yang terpilih dari Bapa yang hidup.’ Jika mereka bertanya kepadamu,’Apa tanda Bapa dalam dirimu?’, katakanlah kepada mereka,’Tanda itu adalah gerakan dan ketenangan.” (Sabda 50)

Mayoritas sabda-sabda dalam Injil Thomas merupakan indikasi dari kegiatan refleksi dan sifat dari fenomena kebijaksanaan. Sabda bijaksana (dalam sabda 31-35, 45, 47, 95) mengklarifikasikan dunia dan situasi seseorang di dalamnya.

[Yesus berkata],” Jika engkau memiliki uang, jangan pinjamkan dengan bunga, tetapi berikanlah kepada seseorang yang tidak dapat mengembalikan uangmu itu.” (Sabda 95)

Perumpamaan (sabda 8-9, 20, 63-65, 76, 96-98, 107, 109) mengungkapkan penemuan identitas dan tujuan seseorang di dalam kata-kata bijaksana yang membentuk dasar sebuah komunitas

Yesus berkata,”Kerajaan seperti seorang gembala yang mempunyai seratus ekor domba. Salah satu dari mereka, yang terbesar, tersesat. Dia meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor dan pergi mencari yang satu itu hingga mendapatkannya. Ketika ia teah mengatasi masalah itu, ia berkata kepada dombanya itu.’Aku menyayangimu lebih dari sembilan puluh sembilan yang lain.” (Sabda 107)

Sabda profetik (Sabda 3, 18, 51, 113) memberitakan bahwa arena untuk mempertemukan etos Kerajaan adalah sebuah tatanan yang ideal, yang harus dikenali tanpa dan terinternalisasi di dalam imajinasi individual.

Murid-muridNya berkata kepadaNya, :Kapan kerajaan akan datang?”
[Yesus berkata],”Kerajaan tidak akan datang dengan menunggunya. Kerajaan tidak akan menjadi sebuah masalah perkataan ‘di sini’ atau ‘ di sana’. Tepatnya, kerajaan Bapa tersebar di seluruh dunia dan manusia tidak melihatnya.” (Sabda 113)

Bagi Injil Thomas, kerajaan tidak diproyeksikan ke dalam masa depan apokaliptik, melainkan dibuat mudah dijangkau dan makna kata-kata Yesus mudah direnungkan.
Peraturan komunitas (sabda 6, 14, 27, 53, 104) memberikan sebuah ukuran kritis dari kode tradisonal etiket religius. Peraturan-peraturan ini mengarahkan perhatian komunitas pada konsekuensi mengikuti pola praktis yang diberikan Yesus dan yang digambarkan di dalam teks.

[Yesus berkata],”Jika engkau tidak berpuasa seperti yang diminta dunia, engkau tidak akan menemukan kerajaan. Jika engkau tidak mematuhi Sabat sebagai sebuah Sabat, engkau tidak akan melihat Bapa.” (Sabda 27).

Dimensi Teologis dan Sosial
Salah satu perdebatan yang paling dibicarakan adalah apakah injil ini merupakan injil gnostik atau bukan. Namun, sebagian besar para ahli telah menyimpulkan bahwa Injil Thomas adalah injil gnostik. Kegnostikan dari teks ini dapat kita lihat pada sabda 50:

Yesus berkata,”Jika mereka berkata kepadamu,’Dari manakah asalmu?’, katakanlah kepada mereka,’Kami datang dari terang, tempat di mana terang itu datang ke dalam ciptaan menurut kesukaannya dan memperlihatkan [dirinya sendiri] dan terwujud melalui gambaran mereka.’ Jika mereka berkata kepadamu,’ Engkaukah itu?’ katakan,’Kami adalah anak-anaknya, dan kami adalah yang terpilih dari Bapa yang hidup.’ Jika mereka bertanya kepadamu,’Apa tanda bapa dalam dirimu?’, katakanlah kepada mereka,’tanda itu adalah gerakan dan ketenangan."

Di dalam teks tersebut nampak bahwa para penganut Injil Thomas ini mengakui adanya pribadi pertama asal dan identitas mereka di dalam terang, tempat di mana preeksistensi mereka berada, seperti dalam teks: “Terberkatilah dia yang datang ke dalam ciptaan sebelum dia datang ke dalam ciptaan." (sabda 19.1), dan mereka ditakdirkan untuk kembali, seperti dalam teks:

Yesus berkata,”Terberkatilah mereka yang terpencil dan terpilih, karena engkau akan menemukan kerajaan. Karena engkau berasal darinya, dan kepadanya engkau akan kembali.” (sabda 49)

Demikianlah, Injil ini dikenal secara luas dalam gerakan esoterik yang menganggap bahwa insight adalah sarana untuk meraih kebebasan.
Selain itu, tanda-tanda tersembunyi untuk mengenali interpretasi gnostik dalam teks Injil Thomas adalah adanya kata-kata kiasan seperti "mitos asli yang surgawi, kejatuhan, inkarnasi, kebangunan, dan kekembalian jiwa. Motif tentang kembaran Yesus memberi semacam model teologis untuk hubungan timbal balik individu Kristen dan terang ilahi di dalam "Yesus yang hidup": untuk mengenal diri sendiri berarti juga mengenal dia yang ilahi dan kemudian mengenal Allah. Siapa pun yang datang untuk mengenali jati dirinya, Yesus yang hidup, dan Bapa adalah dia yang disebut sebagai yang sendiri (solitary) atau yang tunggal (single) yang telah mematahkan ikatan yang menandai eksistensi tanpa integritas dan yang telah diubah ke dalam keadaan kesatuan primordial. Di sini, Yesus sendiri merupakan prototipe dari kesatuan itu.

Yesus berkata kepadanya,”Akulah dia yang ada dari yang tidak terbagi. Akulah yang diberi beberapa hal dari bapaku.” (sabda 61.3)

Menjadi sendiri atau tunggal ditandai dengan inisiasi babtis, yaitu pelucutan diri para murid hingga telanjang, menjadi tidak mempunyai rasa malu, melepaskan pakaian mereka, dan menjadi seperti anak kecil (sabda 21.1-2, 22, 37)

Murid-muridNya berkata,”Kapan Engkau akan menampakkan diriMu kepada kami dan kapan kami akan melihatMu?”
Yesus berkata,”Ketika engkau menanggalkan pakaianmu tanpa merasa malu dan mengambil semua pakaianmu dan meletakkannya di bawah kakimu seperti anak-anak kecil dan berperilaku seperti mereka, kemudian (engkau akan melihat) putera dari yang hidup dan engkau tidak akan menjadi takut.” (sabda 37)

Inisiasi tersebut merupakan penafsiran dari Kejadian tentang penciptaan dan kejatuhan. Menurut tradisi dalam Injil Thomas ini, kesatuan manusia pertama telah dirusakkan dengan penciptaan perempuan dan pemisahan seksual. Dengan demikian, penebusan dibayangkan sebagai replika keadaan primordial Adam dan Hawa, yaitu kesatuan kembali jenis kelamin dan transendensi dunia.

Gambaran tentang Yesus
Lalu, bagaimana Yesus digambarkan dalam teks injil ini? Di dalam teks ini Yesus dipahami sebagai personifikasi dari Kebijaksanaan. Kita bisa melihatnya dalam teks berikut ini:
Yesus berkata,”Aku mengambil tempatku di tengah-tengah dunia, dan Aku menampakkan diri pada mereka dalam daging. Aku menemukan mereka semua mabuk; tak satu pun Kutemukan mereka haus. Dan jiwaku menderita karena anak-anak manusia, karena hati mereka buta dan tidak memiliki pandangan; karena mereka datang ke dunia dengan kekosongan dan dengan kekosongan pula mereka meninggalkan dunia. Tetapi, saat ini mereka sedang mabuk. Ketika mereka tidak lagi menggoncangkan anggur, kemudian mereka akan bertobat.
Lebih lanjut lagi, Injil Thomas tidak menafsirkan kematian Yesus dengan sebuah teologi salib, tetapi menyodorkan sebuah kristologi di mana pemberitaan kematian Yesus tidaklah perlu. Jadi tidak perlu memperlihatkan salib dan kebangkitan Yesus dalam rangka membayangkan Kekristenan yang asli. Kematian Yesus dapat dipahami secara konseptual melalui kehidupan para murid yang membawa salib mereka sendiri dalam rangka mengikuti jejak Yesus.

Yesus berkata,”Barangsiapa tidak membenci bapanya dan ibunya tidak dapat menjadi muridKu. Dan barangsiapa tidak membenci saudara laki-laki dan perempuannya dan mengambil salibnya di jalanKu tidak akan layak bagiKu.” (sabda 55)

Dengan demikian, relasi Yesus dan para muridNya dicirikan sebagai sebuah etos yang ditandai dengan identifikasi diri, solidaritas sosial, dan integritas pribadi.
Injil Thomas ini menyebut Yesus secara serius sebagai seorang guru yang berbicara dengan penuh kuasa. Yesus juga dicirikan sebagai penubuhan dari Kebijaksanaan: sabda-sabdaNya yang dapat memanfaatkan kekuatan alam semesta, menawarkan jalan "mengetahui" Nya sebagai sebuah imajinasi. Dengan demikian, keselamatan dipahami sebagai sebuah pembelajaran tentang penafsiran sabda-sabda Yesus, dan menyediakan kehidupan abadi bagi mereka yang telah menerima rahasia kerajaan dalam menafsirkan sabda-sabda Yesus.

Kesimpulan
Untuk menutup tulisan ini, saya hendak kembali kepada pertanyaan benarkah Injil Thomas termasuk injil yang kalah? Di mana letak kekalahannya? Bukankah injil ini berisi sabda-sabda Yesus yang sangat erat berkaitan dengan injil sinoptik? Dan demikian, tidak ada salahnya bila dimasukkan ke dalam kanon dan menjadi injil kelima seperti yang ditegaskan oleh kelompol the Jesus Seminar. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, sebenarnya saya sudah mencoba memaparkan hal-hal yang ditolak oleh pihak 'ortodoksi', yaitu kenyataan bahwa penciptaan yang ada dalam kitab kejadian, khususnya penciptaan perempuan, merupakan penyebab rusaknya dunia ini. Jadi, penciptaan perempuan sebagai kenyataan manusia yang terbagilah penyebab timbulnya dosa dan rusaknya tatanan dunia. Lebih jauh lagi, penciptalah yang diduga menjadi penyebab kerusakan tatanan dunia ini yang disebut oleh kaum gnostik sebagai Demiurge (yang diidentikkan oleh kaum gnostik sebagai Yahwe), Allah Perjanjian Lama yang menciptakan dunia materi yang penuh cacat ini. Yang diinginkan oleh injil ini adalah kekembalian manusia kepada bentuk manusia primordial yang tak terbagi, yang tidak lagi ada perbedaan jenis kelamin entah laki-laki entah perempuan. Oleh karena itu, di akhir injil ini, penulis sengaja menuliskan sabda 114 untuk mengatakan bahwa keselamatan hanya dicapai dengan penyatuan perempuan ke laki-laki atau perempuan dijadikan laki-laki.

Simon Petrus berkata kepada mereka,”Biarlah Maria meninggalkan kita, karena perempuan tidak layak hidup.”
Yesus berkata,”Aku sendiri yang akan menuntunnya untuk membuatnya menjadi laki-laki sehingga dia juga bisa menjadi roh yang hidup menyerupai engkau, laki-laki. Karena setiap perempuan yang akan membuat dirinya laki-laki akan masuk kerajaan surga.”

Di sinilah letak martabat perempuan yang lebih rendah dari laki-laki di mata injil ini yang tentu saja ditentang oleh kelompok 'ortodok'. Kelompok 'ortodok' meyakini bahwa penciptaan manusia baik laki-laki dan perempuan adalah baik adanya dan secitra dengan Allah. Dosa bukanlah sesuatu yang melekat atau menjadi bagian yang inheren dalam proses penciptaan, melainkan hasil keputusan dan kehendak bebas manusia.
Selain itu, kekalahan yang dialami injil ini terletak pada konsep keselamatan yang sangat bertolak belakang dengan kelompok 'ortodoksi'. Injil ini mengatakan bahwa keselamatan justru terletak sejauh mana seseorang mampu menafsirkan sabda-sabda Yesus dalam teks-teks tersebut. Kemampuan tersebut hanya diberikan kepada orang-orang tertentu saja yang 'soliter' dan 'single', sehingga keselamatan hanya diperuntukkan bagi mereka yang terpilih saja. Hal ini sangat berbeda dengan konsep keselamatan kelompok Kristen pemenang (ortodoksi). Keselamatan yang dipahami pada kelompok ini bersifat universal dan diperoleh melalui hidup, wafat, dan kebangkitan Yesus. Keselamatan diperuntukkan bagi siapa saja yang percaya.
Sebagai kata-kata akhir, saya menegaskan berdasarkan iman saya kepada Yesus yang telah hidup, wafat, dan bangkit yang telah diwariskan oleh para Bapa-bapa Gereja sebagai kelompok pemenang bahwa sebagai teologi alternatif, Injil ini baik dan bisa mempertajam iman kita, namun sebagai pegangan iman, saya meragukannya dengan beberapa alasan di atas. Sebagai pengetahuan, saya bersyukur bisa mengetahui adanya 'peperangan pegangan iman' pada masa sesudah kebangkitan Yesus. Dengan demikian saya meyakini bahwa suatu pegangan iman disebut benar jika telah teruji selama beberapa waktu lamanya, dan hingga sekarang tetap tegak berdiri meski berkali-kali diserang dengan para pihak yang 'kalah' itu.

Sumber Acuan
Ehrman, Bart D. 2003. Lost Scriptures: Books that Did Not Make It into the New Testament .
Oxford:
Oxford University Press.
Freedman, David Noel (ed). 1992. The Anchor Bible Dictionary. Vol. 06. New York: Doubleday.
Koester, Helmut dan Thomas O. Lambdin. “The Gospel of Thomas (II,2),” dalam James M.
Robinson (ed). 1988. The Nag Hammadi Library in English. Rev. Ed.. San Fransisco:
Harper & Row.
Robinson, James M. (ed). 1988. The Nag Hammadi Library in English, Rev. Ed. San Fransisco:
Harper& Row.

1 komentar:

BELAJAR BAHASA mengatakan...

injil Thomas tidak diakui sebagai sebuah injil oleh semua gereja baik Protestan, Katolik maupun Ortodox