Selasa, 06 April 2010

SEJUMLAH ALIRAN: QUIETISME, GALLIKANISME, JANSENISME, FEBRONIANISME, ULTRAMONTANISME

Quietisme menyatakan bahwa kesempurnaan dicapai dengan jalan berdiam diri sama sekali, baik pikiran maupun kehendak, dan berserah diri kepada Allah dalam iman yang otentik. Tokoh aliran ini adalah Miguel de Molinos (dikutuk pada 1687) dam Madam Guyon. Hal yang ganjil dalam aliran ini adalah apabila orang sudah mencapai taraf ini, dosa tidak akan mungkin ada lagi dan perbuatan baik tidak diperlukan lagi. Bahkan secara ekstrim, orang tidak memerlukan lagi ibadat dan sakramen.

Gallikanisme adalah aturan atau gerakan yang bersifat gerejani dan politis di Perancis. Gerekan ini menuntut pembebasan dari Gereja Katolik Roma (GKR) di Perancis dan dari kekuasaan Sri Paus. Gallikanisme ini menolak campur tangan uskup dan paus dalam pemerintahan duniawi termasuk pengangkatan dan pemecatan raja-raja oleh paus.

Jansenisme dimotori oleh Ornelius Otto Jansen. Ia mengecam relasi antara kebebasan kehendak manusia dan ”effacious grace”. Baginya, rahmat Allah-lah yang mutlak. Di sini, ia sangat terpengaruh oleh St. Agustinus. Ia menekankan dosa asal, kerapuhan insani, perlunya rahmat ilahi dan predestinasi. Gerakan ini hidup dalam GKR selama abad ke-16 s/d 18. Benteng terpenting Jansenisme adalah biara Paris di Port-Royal. Sejumlah teolog dan penulis kenamaan memeluk gerakan ini, seperti Antoine Armauld, Pierre Nicole, dan Blaise Pascal.

Febronianisme adalah gerakan dalam GKR di Jerman yang menolak kekuasaan duniawi Sri Paus. Gerakan ini mengakui Paus sebagai Kepala Gereja dalam hal iman dan moral, tetapi tidak dalam hal kekuasaan duniawi. Kekuasaan duniawi paus yang didasarkan pada Donatio Constantini dan kumpulan keputusan paus yang dikumpulkan oleh Isidorus Sevilla ditolak karena dokumen-dokumen tersebut palsu. Gerakan ini tidak berhasil karena pecahnya Revolusi Perancis dan kurangnya dukungan dari para uskup Jerman lainnya.

Ultramontanisme menekankan bahwa perubahan kekuasaan di dunia ini akan rusak bila tidak dipusatkan pada kekuasaan paus. Gerakan ini membela sentralisasi kekuasaan paus dan menentang konsiliarisme. Gerakan ini baru muncul di Perancis pada abad ke-19. Pandangannya adalah bahwa pembaharuan Gereja sangat bergantung pada sentralisasi kekuasaan dalam tangan paus. Doktrin infabilitas paus merupakan hasil dari gerakan ini

Tidak ada komentar: