Selasa, 06 April 2010

REFORMASI KATOLIK DAN KONTRA REFORMASI

Reformasi Katolik (Selanjutnya di singkat dengan RK) adalah usaha-usaha untuk memperbarui Gereja Katolik yang didasarkan pada kesadaran diri. Corak dari RK adalah pendekatan personal “dari bawah”, internal, karismatis, ada kepedulian pada karya-karya sosial karitatif, dan ada perutusan untuk misi. Contoh dari RK ini adalah munculnya ordo-ordo baru dan “diperbarui” dalam Gereja, seperti misal Serikat Jesus, OFM Kapusin, OSA, OCD. Ada beberapa pengandaian keliru dari istilah RK ini, yaitu pertama karena ada begitu banyak keluhan dalam Gereja abad pertengahan, maka Reformasi harus terjadi. Sesungguhnya, pembaruan telah terjadi di dalam Gereja Katolik, tetapi bukan Reformasi. Kedua, RK menandingi Reformasi Protestan. Ketiga, istilah “RK” merupakan ciptaan para cerdik pandai sebagai dalih untuk membenarkan ecclesia semper reformanda et reformata. Tetapi mengapa mesti menggunakan istilah Katolik? Bukankah istilah ‘katolik’ merupakan faktor distingtif?

Kontra Reformasi (selanjutrnya disingkat dengan KR) adalah segala bentuk usaha Gereja Katolik untuk membendung, menandingi, dan melawan laju gerakan pembaharuan kagamaan yang dirintis oleh Martin Luther Cs. Pendekatan yang dilakukan KR adalah bersifat institusional, doktrinal, “dari atas”, otoritatif, dalam kerja sama dengan lembaga agama. Konsep KR dikembangkan pertama kali pada abad ke-19 oleh para sejarawan Protestan ketika mereka perlu menamai “resistensi” Katolik terhadap Reformasi yang dilakukan oleh Luther Cs.

Alasan dimunculkan KR adalah pertama kegagalan-kegagalan dalam usaha pembaruan Gereja, misalnya konsiliarisme yang menekankan pemegang kekuasaan tertinggi di dalam Gereja berada di tangan konsili. Kedua, adanya cuius region eius religio, yang artinya adalah siapa yang menguasai sebuah wilayah, dialah yang mempunyai kuasa untuk menentukan agama di daerahnya. Dalam kasus ini, reformasi Luther berdampak luas ke daerah-daerah Katolik yang akhirnya menjadi basis protestantisme. Ketiga, muncul kebingungan di masyarakat akar rumput yang tidak lagi memiliki pegangan pasti doktrin ajaran iman. Keempat, teologi protestan yang tidak seimbang, pesimis, dan menyesatkan perlu disehatkan dengan sakramen, justifikasi, primat Sri Paus, Kitab Suci, Komuni dua rupa, dan ‘purgatory’.

KR yang paling kentara adalah Konsili Trento yang bertujuan pertama, mengecam prinsip dan doktrin protestantisme serta menetapkan doktrin Katolik sejauh diserang oleh Protestantisme. Kedua, mereformasi disiplin dan administrasi, termasuk soal bagaimana komuni dibagikan. Ketiga, interpretasi Gereja atas Kitab Suci itu final, di mana pelaksana interpretasi adalah hierarki. Keempat, relasi iman dan perbuatan ditetapkan, menentang ajaran justifikasi Luther (sola fidei). Kelima, praksis Katolik seperti indulgensi, ziarah, penghormatan kepada para santo/a, devosi marianis ditegaskan ulang.

Tidak ada komentar: